Barasuara adalah band yang terbentuk di jakarta dan diisi oleh personel yang tidak
asing lagi di dunia industri musik. Yang menarik, mereka dari latar musik yang
berbeda-beda sehingga tidak heran jika musik Barasuara terasa begitu kaya dari
segi lagu maupun lirik yang di tulis oleh Iga Masardi (vokal dan gitar) dengan
pilihan penggunaan bahasa dan kata yang apik di setiap liriknya. Band ini di
gawangi Iga Masardi (vokal dan gitar), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang
(bass), Marco Steffiano Handoko (drum) lalu Asteriska dan Puti Cithara (vokal
pengiring)
Bermula dari Iga Masardi
di tahun 2011 ingin membuat project solo untuk menyanyikan lagu ciptaannya
sendiri, Iga yang waktu itu masih tergabung di Soulvibe memutuskan untuk membuat
dengan format band. Sebelumnya
dia dikenal sebagai pendiri The Trees & The Wild dan keluar karena alasan
yang masih enggan disebutkan.Orang pertama yang diajak dalam band baru ini adalah
Sandi Kusumaningtyas, diberi nama panggilan TJ (Tije) oleh teman sekelas di SD
yang terbawa euforia menjuarai kompetisi sepak bola di sekolah. “Gue pilih TJ
karena sebetulnya gue dan TJ berangkat sebagai teman main biasa saja, dan dia
rekan yang enak banget,” kata Iga. Lalu ia mencari drummer untuk mengisi,
akhirnya Iga mengajak Marco Steffiano Handoko yang menjadi pengiring penyanyi
wanita Raisa Andriana. Awalnya Iga kuatir karena musik yang di dengarkan
berbeda dengan apa yang di dengarkan tapi dengan semangat yang sama akhirnya
Marco masuk sebagai drummer. Lalu ada Asteriska yang ditunjuk menjadi vokal
pengiring untuk mengiringi Iga sendiri yang menjadi vokal utama . Bass awalnya
di isi Pandu Fuzztoni (gitaris band Morfem) tapi karena kesibukan Pandu akhirnya
tiba-tiba Marco punya ide untuk mengajak Gerald Hiras Situmorang. Lokasi rumah
Gerald kebetulan dekat tempat latihan mereka. Pilihan ini tergolong ajaib,
karena Gerald sudah dikenal sebagai gitaris muda berbakat yang sudah biasa
bermain dengan para legenda jazz seperti Indra Lesmana, Tohpati dan Dewa
Budjana, dan punya berbagai proyek seperti Sketsa, Hemiola Quartet, Bag+Beat,
dan Gerald Situmorang Trio. Lalu satu vokal pengiring satu lagi yaitu Puti
Chitara.
Setelah menemukan formasi yang solid
di akhir 2012, mereka terus latihan dan rekaman tanpa manggung sekali pun atau
mengunggah musik apa pun, walau banyak yang bertanya-tanya ke akun Twitter Bara
yang cukup aktif menginformasikan kegiatan mereka. “Sebetulnya di bulan-bulan
pertama Barasuara latihan sudah bisa manggung secara teknis. Cuma, band yang
bermain tiga bulan dengan band yang bermain tiga tahun kan punya hasil yang
berbeda,” kata Iga, yang mengundurkan diri dari Soulvibe di akhir 2013. Sehingga
jadilah musik yang mereka mainkan berupa daur ulang dari nafas psychedelic,
rock, folk, blues dan jazz dengan lirik Indonesia yang kental. Barasuara
mengedepankan ritme dan energi yang menerjang adrenalin dengan lirik yang
bercerita tentang memori, semangat dan kemerdekaan pikiran. Iga, sebagai
penggagas band ini mengaku tidak bisa mendefinisikan jenis musik yang mereka
sajikan. "Kalau secara jenis musik, saya tidak bisa jelaskan persisnya
apa. Biarkan nanti kami bicara lewat musik lalu silahkan dinilai sendiri
seperti apa konsep musik yang kami bawakan," jelasnya. Sementara itu
nama band pun diganti karena pada suatu hari Iga menyadari sudah ada beberapa
band di Indonesia yang menamakan diri Bara. “Di hari itu gue pusing luar biasa.
Sudah jalan beberapa bulan, hampir setahun,” katanya. “Gue tadinya mau
menamakan Bara ini, Bara itu. Kalau Bara Nada seperti sanggar, kalau Bara
Aksara seperti toko buku. Jadi gue coba yang paling musikal: Barasuara.” Dan
akhirnya pada tanggal 8 Juni 2014 Barasuara manggung untuk pertama kalinya di
Tokove cafe kepunyaan Iga Masardi sendiri.