Tuesday, May 14, 2019

Tentang Barasuara



Barasuara adalah band yang terbentuk di jakarta dan diisi oleh personel yang tidak asing lagi di dunia industri musik. Yang menarik, mereka dari latar musik yang berbeda-beda sehingga tidak heran jika musik Barasuara terasa begitu kaya dari segi lagu maupun lirik yang di tulis oleh Iga Masardi (vokal dan gitar) dengan pilihan penggunaan bahasa dan kata yang apik di setiap liriknya. Band ini di gawangi Iga Masardi (vokal dan gitar), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (bass), Marco Steffiano Handoko (drum) lalu Asteriska dan Puti Cithara (vokal pengiring)


Bermula dari Iga Masardi di tahun 2011 ingin membuat project solo untuk menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, Iga yang waktu itu masih tergabung di Soulvibe memutuskan untuk membuat dengan format band. Sebelumnya dia dikenal sebagai pendiri The Trees & The Wild dan keluar karena alasan yang masih enggan disebutkan.Orang pertama yang diajak dalam band baru ini adalah Sandi Kusumaningtyas, diberi nama panggilan TJ (Tije) oleh teman sekelas di SD yang terbawa euforia menjuarai kompetisi sepak bola di sekolah. “Gue pilih TJ karena sebetulnya gue dan TJ berangkat sebagai teman main biasa saja, dan dia rekan yang enak banget,” kata Iga. Lalu ia mencari drummer untuk mengisi, akhirnya Iga mengajak Marco Steffiano Handoko yang menjadi pengiring penyanyi wanita Raisa Andriana. Awalnya Iga kuatir karena musik yang di dengarkan berbeda dengan apa yang di dengarkan tapi dengan semangat yang sama akhirnya Marco masuk sebagai drummer. Lalu ada Asteriska yang ditunjuk menjadi vokal pengiring untuk mengiringi Iga sendiri yang menjadi vokal utama . Bass awalnya di isi Pandu Fuzztoni (gitaris band Morfem) tapi karena kesibukan Pandu akhirnya tiba-tiba Marco punya ide untuk mengajak Gerald Hiras Situmorang. Lokasi rumah Gerald kebetulan dekat tempat latihan mereka. Pilihan ini tergolong ajaib, karena Gerald sudah dikenal sebagai gitaris muda berbakat yang sudah biasa bermain dengan para legenda jazz seperti Indra Lesmana, Tohpati dan Dewa Budjana, dan punya berbagai proyek seperti Sketsa, Hemiola Quartet, Bag+Beat, dan Gerald Situmorang Trio. Lalu satu vokal pengiring satu lagi yaitu Puti Chitara.


Setelah menemukan formasi yang solid di akhir 2012, mereka terus latihan dan rekaman tanpa manggung sekali pun atau mengunggah musik apa pun, walau banyak yang bertanya-tanya ke akun Twitter Bara yang cukup aktif menginformasikan kegiatan mereka. “Sebetulnya di bulan-bulan pertama Barasuara latihan sudah bisa manggung secara teknis. Cuma, band yang bermain tiga bulan dengan band yang bermain tiga tahun kan punya hasil yang berbeda,” kata Iga, yang mengundurkan diri dari Soulvibe di akhir 2013. Sehingga jadilah musik yang mereka mainkan berupa daur ulang dari nafas psychedelic, rock, folk, blues dan jazz dengan lirik Indonesia yang kental. Barasuara mengedepankan ritme dan energi yang menerjang adrenalin dengan lirik yang bercerita tentang memori, semangat dan kemerdekaan pikiran. Iga, sebagai penggagas band ini mengaku tidak bisa mendefinisikan jenis musik yang mereka sajikan. "Kalau secara jenis musik, saya tidak bisa jelaskan persisnya apa. Biarkan nanti kami bicara lewat musik lalu silahkan dinilai sendiri seperti apa konsep musik yang kami bawakan," jelasnya. Sementara itu nama band pun diganti karena pada suatu hari Iga menyadari sudah ada beberapa band di Indonesia yang menamakan diri Bara. “Di hari itu gue pusing luar biasa. Sudah jalan beberapa bulan, hampir setahun,” katanya. “Gue tadinya mau menamakan Bara ini, Bara itu. Kalau Bara Nada seperti sanggar, kalau Bara Aksara seperti toko buku. Jadi gue coba yang paling musikal: Barasuara.” Dan akhirnya pada tanggal 8 Juni 2014 Barasuara manggung untuk pertama kalinya di Tokove cafe kepunyaan Iga Masardi sendiri.